Selasa, 01 Februari 2011

air mata bisu

Air mata bisu…
DAHULU, dahulu sekali ada sebuah cerita tentang seorang pemuda bernama Ahmad yang mencintai seorang perempuan yang bernama Mirna.
Alkisah tersebutlah Ahmad seorang pelayan di sebuah rumah makan kecil di pinggiran pasar, kerjaannya sehari-hari hanya melayani tamu dan menyajikan makanan, tersenyum dan tidak pernah mengeluh dengan apapun yang terjadi itulah mottonya. Seorang tamu memanggil langsung dia layani dengan sepenuh hati. Siapa yang tidak kenal dengan Ahmad, hampir seluruh isi pasar ini tahu siapa pemuda ini, pemuda baik dan juga ramah yang tidak sombong.
“ hei anak muda, mau kemana kau ?” Tanya salah seorang pemilik toko kain di pasar.
“ mau ke mesjid ba, sudah mau masuk juhur “ begitulah jawaban singkat yang selalu diiringi dengan senyuman hangat.
Ahmad berjalan santai menuju mesjid terdekat, langit cerah, awan tersapu angin dan matahari pun tertutup, gemersek-gemersek plastik yang sering terjadi antara penjual dan pembeli. Kau tahu kawan, setiap selesai sholat Ahmad selalu berdoa agar hidupnya selalu dalam berkah. Sepulang dari mesjid, dia terhenti sebentar di sebuah toko bunga, matanya kini tertuju pada seorang jelita yang berkerudung merah, sungguh  menawan, dia tertegun sejenak, menatapi bunga diantara bunga. Lekas Ahmad membuang pandang karena perempuan itu seketika menoleh ke arahnya. Dengan perlahan dia berjalan ke tempat kerjanya.



Pagi terbayang malam tak tenang, apa yang sedang dihadapi Ahmad, setiap harinya begitu melewati tempat penjual bunga itu pasti ada sesuatu yang aneh, dia merasa ganjil, entah apa, dia sendiri tidak mengetahuinya sampai detik ini, temannya sesama profesi yang melihatnya lain dari biasanya bertanya.
“ kenapa kau mad, macam bukan kau saja, akhir-akhir ini jarang sekali kulihat kau tersenyum ? “.
Ahmad diam tuk beberapa saat, lalu menceritakan apa yang sedang dia alami, setengah berbisik karena dia takut temannya yang lain ikut mengetahuinya.
“ oh itu namanya...” perkataan temannya tadi langsung dihentikan Ahmad dengan memegang mulutnya.
“ jangan terlalu keras Kadir “ bisik Ahmad kepada Kadir. Kadir mengangguk.
“ itu namanya cinta kawan, kau sedang jatuh cinta padanya…”.
Ahmad diam sejenak, sebenarnya dia juga tidak mengerti dengan apa itu cinta, dia pun baru sadar bahwa ternyata itu cinta, karena sebelumnya dia tidak pernah jatuh cinta pada seorang perempuan, dia sering bertanya kepada Kadir apa yang harus dia lakukan,Kadir selaku teman baik menyarankan dia tuk memulai hubungan dengan perempuan itu.

Sepulang dari mesjid seperti biasa, Ahmad ditemani Kadir tuk menemui perempuan itu, berpura-pura membeli bunga dengan niat menanyakan nama sang jelita yang kian hari kian merasuki pikiran sang pemuda yang tak lain adalah ahmad, dengan hati-hati Ahmad memilih bunga yang paling indah, sebuah mawar putih, dia bayar lalu langsung dia berikan kepada sang pemilik toko yang tak lain adalah permpuan itu sendiri, dengan hati-hati Ahmad menanyakan namanya, walau ada sedikit ragu dan gemetar ketika memberi bunga dan menyakan nama itu dan akhirnya dia tahu siapa nama jelita yang kini menwan hatinya.
“ nama saya Mirna mas, “ sebuah senyuman menjadi balasan buat sekuntum mawar putih.



“ bagaimana kisah cinta kau mad ?” Kadir duduk disamping Ahmad seusai sholat.
“ ya begitulah dir, kau tahu sendiri kan, aku belum pernah berurusan dengan perempuan jadi aku majunya perlahan “.
“ yah kalau urusan itu terserahmu lah, kan kau sendiri yang nanti memilikinya, masa aku juga” guraan Kadir mengundang senyum dan sedikit tawa di wajah Ahmad.
Hari ini Ahmad berniat akan mengantarkan Mirna pulang kerumahnya, dia ijin pulang lebih dulu kepada bosnya, karena toko Mirna tutup lebih awal, jadi kalau tidak cepat Mirnanya sudah hilang. Ahmad berhasil tepat ketika Mirna mau beranjak pulang.
“ Mirna mau pulang bareng “. Ajak Ahmad. Mirna mengangguk setuju. Tapi sebenarnya Mirna enggan, tapi karena hari itu Ahmad janji akan mengajaknya makan maka Mirna setuju.
Sepanjang jalan Mirna banyak diam ketika ditanya baru dia menjawab, Ahmad juga setiap kali hampir kehabisan kata dalam bertanya yang terjadi malah sama-sama diam. Dan Mirna yang belakangan ini mengetahui bahwa Ahmad mencintainya mulai gerah, kalian tahu kawan menurut Mirna Ahmad bukan laki-laki yang dia suka, walau sudah banyak laki-laki yang berusaha mendapatkannya, tapi tetap saja Mirna menolak. Tapi  ahmad berbeda, dia merasa berbeda, tapi di hatinya masih menyimpan sedikit ego yang akan membuatnya celaka.
Kemudian harinya ketika Ahmad menemui Mirna di tokonya dengan tanpa perasaan Mirna berkata “ aku tidak suka padamu “.
Seperti tersambar gledek di siang hari remuk seluruh jantung yang dimiliki Ahmad. Hari-harinya tambah murung, awan hitam seolah terus-terusan berputar diatasnya ketika dia berjalan melewati pertokoan bungan itu. Debu-debu menyembur deras ke arahnya, pekerjaannya di restoran tidak jelas juntrungannya.
“ kau kenapa lagi mad, tambah murung aja kau ini, kau tahu bos tadi hampir memecatmu, kerjamu tiap hari makin melantur aja, untung aku sudah bicara “.
Ahhmad menatap Kadir dalam dan menceritakan semua kisah pahit yang baru saja diamalaminya. Matanya memerah, air mata hendak keluar membasahi pipinya, tapi Ahmad masih terus menahan, menahan dan menahan, ini bukan tempat yang tepat buat menangis, ini tempat makan tempat kerja, bukan tempat mengeluh.

Kadir diam dan menyimak setiap kata dari kalimat yang terus dikeluarkan Ahmad, dia adalah seorang yang juga pernah merasakan cinta “ kau tahu kawan, dalam kamus cinta, cinta itu perlu diperjuangkan, tak peduli apa resikonya kau harus tetap maju dan berjuang “.
Itulah sebuah kalimat terakhir Kadir yang akhirnya mengembalikan hidup Ahmad, tiap hari dia datang ke tokonya Mirna dan membantu Mirna tanpa disuruh, kadang Mirna jengkel dan ingin mengusirnya tapi Ahmad tetap nekad tanpa menyerah, dan tanpa di upah.
Akhirnya Mirna menyerah dia mengjukan satu syarat kepada Ahmad : mas kalau mas benar mencintaiku berikan aku sebuah mahkota dari cahaya “.
Ahmad tersenyum, dia berpikir sudah berhasil dan tinggal selangkah lagi usahanya itu, tidak pernah ada kata sia-sia dalam mencoba, setiap usaha pasti menghasilkan sebuah hasil.



Tapi tahulah kalian, mahkota cahaya itu bukan di dunia tempatnya, di surga, dan hanya diberikan kepada orangtua-orangtua yang memiliki anak seorang hafizul quran dan mengamalkan isinya. Ahmad menyadari itu ketika dia memberitahu kepada Kadir hal yang baru saja dia alami.
“ bodoh sekali kau mad, kau pikir dimana mahkota cahaya itu… mahkota itu milik tuhan, masa kau lupa pengajian kita tempo hari “.
Ahmad diam seribu bahasa.
“ lantas bagaimana sekarang, bagaimana kau mencarinya, seandainya kau tadi berpikir dan minta syarat yang mungkin, bukan mustahil seperti ini “ Kadir geleng-geleng kepala.
“ lantas bagaimana aku ni kawan ?”.
“ sudahlah tinggalkan saja perempuang itu, perempuan tak hanya satu “.



Malamnya…
Ahmad tidak bisa tenang memikirkan sebelum semuanya beres dan selesai, dia sudah memulai dan dia berniat dia juga yang harus mengakhiri semua ini, malam itu Ahmad bangkit, matanya sudah buka, disiapkannya sebuah botol terlarang yang dia tahu itu bukan buat dirinya, dan dia tahu apa yang akan terjadi.
Malam menyaksikan apa yang dilakukan Ahmad, bulan memandangnya heran, bintang-bintang mulai menjauh tak mau ikut terlibat, malam berubah sunyi, bahkan suara binatang malam pun lenyap dari udara yang selalu membawanya kemanapun dia pergi, suara yang selalu bertasbih kapada yang maha kuasa.


Hari berganti,
sepulang subuh Ahmad sudah berdiri di depan toko Mirna menyambut kedatangnnya, Mirna datang dan bertanya “ bagaimana,…mana mahkotanya ?”
Ahmad mengeluarkan botol yang berisi cairan beracun dari kantongnya dan berkata “ Mirna, mahkota cahaya itu ada di surga, demi cinta aku akan mengambilkannya untukmu, dan kulakukan ini juga untukmu Mirna “ Ahmad menegak satu botol penuh racun itu, habis dan…
”bruk…” dia terjatuh.
Mirna menegang, matanya melotot menyaksikan kematian di depannya, kematian dari seorang yang rela berkorban demi dirinya, semua perasaan kini bekecamuk dalam dirinya, dia tidak tahu apa, yang jelas sebuah penyesalan baru saja dia rasakan.
Dan lama setelah itu Mirna tidak lagi menemukan laki-laki setulus Ahmad cintanya, laki-laki itu pergi dan tidakkan pernah kembali, penyesalan terdalam kian hari kian besar, sebuah pengorbanan terbodoh yang pernah terjadi demi cinta, penyesalan, dan air mata kini menjadi saksi dari kisah kehidupan ini.

Alhamdulillah selesai
subuh
Tanggal : 31-08-2010

0 komentar:

Posting Komentar